Leading the Way in

Environmental Insights

and Inspiration

Leading the Way in
Environmental Insights and Inspiration

Battery Recycling, Tantangan Baru di Era Kendaraan Listrik
Environesia Global Saraya

03 September 2025

Perkembangan kendaraan listrik (EV) semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir. Banyak negara, termasuk Indonesia, mulai mendorong adopsi kendaraan listrik untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menekan emisi karbon. Namun, muncul tantangan baru yang perlu diperhatikan, yaitu pengelolaan dan daur ulang baterai (battery recycling).

Mengapa Battery Recycling Penting?

Baterai kendaraan listrik umumnya menggunakan lithium-ion yang mengandung material berharga seperti lithium, kobalt, nikel, dan mangan. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah baterai dapat:

  • Menimbulkan pencemaran lingkungan karena sifat toksiknya.

  • Menjadi ancaman kesehatan bagi manusia akibat kebocoran bahan kimia.

  • Mengurangi pasokan material berharga yang seharusnya bisa didaur ulang.

Dengan battery recycling, material tersebut bisa diolah kembali untuk memproduksi baterai baru, sehingga mengurangi kebutuhan penambangan dan menjaga keberlanjutan industri.

Tantangan dalam Daur Ulang Baterai Kendaraan Listrik

Meskipun penting, battery recycling menghadapi berbagai tantangan, antara lain:

  1. Teknologi Daur Ulang yang Masih Terbatas
    Proses ekstraksi material dari baterai bekas membutuhkan teknologi canggih yang belum banyak tersedia di Indonesia.

  2. Biaya Proses yang Tinggi
    Daur ulang baterai membutuhkan investasi besar dalam infrastruktur dan fasilitas pengolahan.

  3. Kurangnya Regulasi dan Standarisasi
    Belum ada regulasi yang jelas mengenai sistem pengumpulan dan daur ulang baterai kendaraan listrik di Indonesia.

  4. Risiko Keamanan
    Baterai lithium-ion yang sudah tidak terpakai tetap memiliki potensi bahaya, seperti ledakan atau kebakaran jika tidak ditangani dengan benar.

Manfaat Battery Recycling untuk Industri dan Lingkungan

Jika tantangan tersebut dapat diatasi, battery recycling menawarkan berbagai manfaat, antara lain:

  • Mengurangi dampak lingkungan dari limbah baterai.

  • Menghemat sumber daya alam dengan menggunakan kembali material berharga.

  • Menekan biaya produksi baterai di masa depan.

  • Mendukung ekonomi sirkular di industri kendaraan listrik.

Masa Depan Battery Recycling di Indonesia

Indonesia sebagai salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia memiliki peluang besar dalam mengembangkan industri baterai sekaligus sistem daur ulangnya. Dukungan pemerintah, investasi teknologi, serta kerja sama dengan perusahaan global akan menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang berkelanjutan.

Battery recycling adalah tantangan baru sekaligus peluang besar di era kendaraan listrik. Dengan strategi yang tepat, Indonesia tidak hanya bisa menjadi pemain utama dalam produksi baterai, tetapi juga dalam sistem daur ulang yang ramah lingkungan. Langkah ini akan mendukung target net zero emission sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.

Masa Depan Energi Gelombang Laut di Indonesia
Environesia Global Saraya

02 September 2025

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau dan garis pantai sepanjang 95.000 km. Potensi energi laut, khususnya energi gelombang laut, sangat besar untuk dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan di masa depan. Dengan meningkatnya kebutuhan listrik dan target pemerintah untuk mencapai net zero emission, energi gelombang laut bisa menjadi salah satu solusi strategis.

Apa Itu Energi Gelombang Laut?

Energi gelombang laut adalah energi yang dihasilkan dari gerakan naik-turun atau pergerakan ombak di laut. Energi ini dapat dikonversi menjadi listrik melalui berbagai teknologi, seperti:

  • Oscillating Water Column (OWC)

  • Pelamis (alat seperti ular laut)

  • Point Absorber Buoy

Teknologi ini masih dalam tahap pengembangan, tetapi memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan di Indonesia.

Potensi Energi Gelombang Laut di Indonesia

Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, terutama di Samudera Hindia, Laut Flores, dan Laut Banda, yang terkenal memiliki ombak kuat dan stabil. Menurut beberapa kajian, potensi energi laut di Indonesia mencapai 49 GW, di mana energi gelombang laut menjadi salah satu yang paling menjanjikan.

Keuntungan Energi Gelombang Laut

  1. Sumber energi terbarukan – Gelombang laut tersedia sepanjang tahun.

  2. Ramah lingkungan – Tidak menghasilkan emisi karbon seperti bahan bakar fosil.

  3. Stabil dan dapat diprediksi – Gelombang laut lebih konsisten dibandingkan energi surya atau angin.

  4. Mendukung ketahanan energi nasional – Mengurangi ketergantungan pada impor energi.

Tantangan dalam Pengembangan Energi Gelombang Laut

Meskipun potensinya besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, antara lain:

  • Biaya investasi tinggi untuk membangun infrastruktur.

  • Teknologi masih terbatas dan belum banyak diterapkan secara komersial di Indonesia.

  • Risiko lingkungan laut, seperti dampak pada ekosistem dan biota laut.

  • Kebutuhan regulasi dan dukungan pemerintah yang lebih kuat.

Masa Depan Energi Gelombang Laut di Indonesia

Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya komitmen Indonesia terhadap energi bersih, pengembangan energi gelombang laut memiliki prospek cerah. Kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk mempercepat implementasi. Jika berhasil, energi gelombang laut dapat menjadi tulang punggung transisi energi di Indonesia.

Energi gelombang laut adalah salah satu solusi energi terbarukan yang sangat potensial di Indonesia. Dengan pemanfaatan yang tepat, energi ini bukan hanya mendukung transisi energi, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional dan membantu mencapai target pengurangan emisi karbon. Masa depan energi gelombang laut di Indonesia sangat menjanjikan, asalkan ada komitmen nyata dalam pengembangan teknologi dan kebijakan.

Urban Farming Solusi Pangan di Tengah Kota Padat
Environesia Global Saraya

02 September 2025

Urban farming atau pertanian perkotaan kini semakin populer, terutama di kota-kota besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Konsep ini hadir sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari luar kota. Dengan memanfaatkan lahan sempit seperti halaman rumah, atap gedung, hingga dinding vertikal, urban farming terbukti mampu menjadi alternatif berkelanjutan dalam menghadapi tantangan pangan di era modern.

Apa Itu Urban Farming?

Urban farming adalah praktik bercocok tanam atau beternak di kawasan perkotaan dengan memanfaatkan ruang terbatas. Kegiatan ini tidak hanya sekadar menanam sayuran atau buah, tetapi juga bisa mencakup hidroponik, akuaponik, hingga peternakan skala kecil.

Di Indonesia, urban farming mulai digencarkan sebagai upaya menjaga ketahanan pangan di tengah keterbatasan lahan serta meningkatnya harga bahan pangan.

Manfaat Urban Farming di Kota Padat

  1. Ketahanan pangan mandiri
    Masyarakat bisa mendapatkan sumber pangan sehat seperti sayuran dan buah tanpa bergantung pada pasar.

  2. Mengurangi jejak karbon
    Produksi pangan lokal membantu menekan emisi dari distribusi jarak jauh.

  3. Mengoptimalkan ruang kota
    Lahan sempit, atap, dan dinding bisa disulap menjadi area hijau produktif.

  4. Meningkatkan kualitas udara
    Tanaman membantu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen.

  5. Meningkatkan kesehatan dan ekonomi
    Hasil panen bisa dikonsumsi sendiri atau dijual sebagai tambahan penghasilan.

Contoh Metode Urban Farming yang Populer

  • Hidroponik: Menanam tanaman dengan media air yang kaya nutrisi.

  • Vertikultur: Menanam secara vertikal dengan rak atau dinding khusus.

  • Aquaponik: Gabungan budidaya ikan dan tanaman dalam satu ekosistem.

  • Roof Garden: Memanfaatkan atap gedung atau rumah untuk bercocok tanam.

Tantangan Urban Farming

Meskipun menjanjikan, urban farming juga memiliki beberapa tantangan, seperti:

  • Keterbatasan lahan dan cahaya matahari.

  • Biaya awal untuk instalasi sistem hidroponik atau akuaponik.

  • Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai teknik bercocok tanam modern.

Namun, dengan dukungan pemerintah, komunitas, dan teknologi, tantangan ini bisa diatasi.

Urban farming adalah solusi nyata untuk memenuhi kebutuhan pangan di tengah kota padat. Selain ramah lingkungan, konsep ini juga mendukung gaya hidup sehat dan berkelanjutan. Jika semakin banyak masyarakat yang menerapkannya, ketahanan pangan perkotaan akan semakin kuat.

Mana yang Lebih Efisien? Perbandingan Energi Angin atau Energi Surya
Environesia Global Saraya

01 September 2025

Energi terbarukan kini menjadi topik penting dalam upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dua sumber energi yang paling populer adalah energi angin dan energi surya. Keduanya ramah lingkungan, berkelanjutan, dan memiliki peran besar dalam mencapai target Net Zero Emission. Namun, muncul pertanyaan: mana yang lebih efisien, energi angin atau energi surya?

Artikel ini akan membahas perbandingan keduanya dari sisi efisiensi, biaya, dan potensi pengembangannya di Indonesia.

1. Efisiensi Energi Angin

Energi angin dihasilkan dari turbin yang mengubah angin menjadi listrik. Tingkat efisiensi energi angin rata-rata mencapai 35% hingga 45%, bahkan bisa lebih tinggi di lokasi dengan angin yang konsisten.

Kelebihan energi angin:

  • Tidak bergantung pada siang atau malam.

  • Cocok di daerah pesisir dan dataran tinggi.

  • Produksi listrik lebih stabil pada musim tertentu.

Kekurangan energi angin:

  • Membutuhkan lahan luas.

  • Lokasi ideal terbatas.

  • Dapat menimbulkan kebisingan bagi masyarakat sekitar.

2. Efisiensi Energi Surya

Energi surya menggunakan panel fotovoltaik (PV) untuk mengubah sinar matahari menjadi listrik. Rata-rata efisiensi panel surya saat ini adalah 15% hingga 22%.

Kelebihan energi surya:

  • Mudah diaplikasikan di rumah maupun skala industri.

  • Tidak menimbulkan polusi suara.

  • Potensi besar di negara tropis seperti Indonesia.

Kekurangan energi surya:

  • Produksi listrik bergantung pada cuaca dan siang hari.

  • Membutuhkan investasi awal yang cukup besar.

  • Efisiensi menurun jika panel tertutup debu atau tidak dirawat.

3. Perbandingan Biaya dan Potensi

  • Biaya: Teknologi panel surya lebih terjangkau dibandingkan pembangunan ladang angin skala besar.

  • Potensi di Indonesia: Energi surya memiliki keunggulan karena Indonesia berada di garis khatulistiwa dengan paparan sinar matahari melimpah. Energi angin lebih cocok di daerah tertentu seperti Nusa Tenggara, Sulawesi, dan pesisir pantai selatan Jawa.

4. Mana yang Lebih Efisien?

Jika berbicara efisiensi teknis, energi angin cenderung lebih unggul. Namun, jika berbicara potensi pemanfaatan di Indonesia, energi surya lebih menjanjikan karena ketersediaannya sepanjang tahun. Kombinasi keduanya justru dapat menjadi solusi ideal untuk memenuhi kebutuhan energi bersih di masa depan.

Baik energi angin maupun energi surya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Energi angin lebih efisien secara teknis, sedangkan energi surya lebih mudah diaplikasikan dan sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan energi terbarukan hibrida (gabungan surya dan angin) dapat menjadi langkah terbaik untuk mendukung transisi energi di Indonesia.

Peran Masyarakat dalam Mencapai Net Zero Emission
Environesia Global Saraya

01 September 2025

Net Zero Emission adalah kondisi di mana jumlah emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer seimbang dengan jumlah yang diserap kembali. Target ini penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin nyata, seperti naiknya suhu global, banjir, dan kekeringan. Indonesia sendiri telah berkomitmen mencapai Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat.

Meskipun pemerintah dan industri memiliki peran besar, keberhasilan target ini tidak akan tercapai tanpa peran aktif masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Peran Masyarakat dalam Mencapai Net Zero Emission

1. Mengurangi Penggunaan Energi Fosil

Masyarakat dapat berkontribusi dengan menghemat listrik, beralih ke energi terbarukan seperti panel surya rumah tangga, serta menggunakan transportasi umum, sepeda, atau kendaraan listrik.

2. Gaya Hidup Ramah Lingkungan

  • Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

  • Memilih produk lokal untuk menekan emisi transportasi.

  • Mengurangi konsumsi daging berlebihan yang berkontribusi terhadap emisi metana.

3. Pengelolaan Sampah Berbasis Circular Economy

Menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), memilah sampah organik dan anorganik, hingga membuat kompos dari limbah rumah tangga dapat menekan emisi gas metana dari TPA.

4. Partisipasi dalam Reboisasi dan Konservasi

Masyarakat bisa ikut serta dalam program penanaman pohon, menjaga hutan kota, serta mendukung konservasi alam untuk meningkatkan penyerapan karbon.

5. Edukasi dan Kesadaran Kolektif

Perubahan besar dimulai dari pengetahuan. Masyarakat dapat menyebarkan edukasi mengenai pentingnya Net Zero Emission melalui komunitas, sekolah, hingga media sosial.

Dampak Positif Peran Masyarakat

Jika masyarakat aktif terlibat, maka manfaat yang dirasakan antara lain:

  • Kualitas udara membaik.

  • Biaya energi rumah tangga lebih efisien.

  • Ketahanan pangan dan lingkungan lebih terjaga.

  • Generasi mendatang hidup di bumi yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Mencapai Net Zero Emission bukan hanya tugas pemerintah atau industri, tetapi juga tanggung jawab bersama. Dengan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, menghemat energi, mengelola sampah, dan berpartisipasi dalam konservasi alam, masyarakat berperan besar dalam mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Dampak Perubahan Iklim terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia
Environesia Global Saraya

29 August 2025

Perubahan iklim telah menjadi isu global yang berdampak besar pada berbagai sektor kehidupan, termasuk ketahanan pangan. Indonesia sebagai negara agraris sangat bergantung pada sektor pertanian, perikanan, dan peternakan. Perubahan suhu, pola curah hujan yang tidak menentu, serta meningkatnya kejadian bencana alam mengancam ketersediaan pangan nasional.

Menurut laporan FAO, perubahan iklim berpotensi menurunkan produksi pangan hingga 30% di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Hal ini menimbulkan tantangan serius bagi keberlanjutan pangan di masa depan.

Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian

  1. Penurunan Produktivitas Tanaman
    Curah hujan tidak menentu dan suhu yang meningkat mengganggu siklus tanam padi, jagung, kedelai, serta tanaman hortikultura.

  2. Ancaman Hama dan Penyakit
    Perubahan suhu memperluas habitat hama dan penyakit tanaman sehingga meningkatkan risiko gagal panen.

  3. Kekeringan dan Banjir
    Fenomena El Nino dan La Nina menyebabkan ketidakseimbangan air, yang berakibat pada rusaknya lahan pertanian.

Dampak Perubahan Iklim terhadap Perikanan dan Peternakan

  • Perikanan: Suhu laut yang meningkat mengganggu ekosistem terumbu karang, menurunkan populasi ikan, serta mengurangi hasil tangkapan nelayan.

  • Peternakan: Perubahan suhu memengaruhi kesehatan ternak, menurunkan produktivitas susu, daging, dan telur.

Implikasi bagi Ketahanan Pangan Nasional

Ketahanan pangan di Indonesia terancam jika dampak perubahan iklim tidak diantisipasi. Akibatnya:

  • Harga pangan berpotensi naik karena kelangkaan produksi.

  • Impor pangan meningkat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

  • Masyarakat berpenghasilan rendah semakin rentan terhadap krisis pangan.

Strategi Menghadapi Dampak Perubahan Iklim

  1. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan
    Menggunakan teknologi ramah lingkungan, seperti irigasi hemat air, pupuk organik, dan benih tahan iklim ekstrem.

  2. Diversifikasi Sumber Pangan
    Tidak hanya bergantung pada beras, tetapi juga mengembangkan pangan lokal seperti sagu, singkong, dan sorgum.

  3. Pemanfaatan Teknologi Digital
    Sistem Internet of Things (IoT) dan big data membantu petani memprediksi cuaca, mengatur pola tanam, serta meminimalkan risiko gagal panen.

  4. Kebijakan Pemerintah yang Proaktif
    Dukungan subsidi, program reforestasi, serta investasi pada energi terbarukan dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim terhadap pangan.

Perubahan iklim memberikan dampak serius terhadap ketahanan pangan di Indonesia, mulai dari sektor pertanian, perikanan, hingga peternakan. Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan teknologi agar pangan tetap tersedia, terjangkau, dan berkelanjutan.

footer_epic

Ready to Collaborate with Us?

Dengan layanan konsultasi lingkungan dan uji laboratorium yang telah tersertifikasi KAN, Environesia siap menjadi solusi untuk kemudahan dan efisiensi waktu dengan output yang berkualitas